Pemerintah Indonesia mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) segera bertindak untuk mencegah memburuknya situasi di Ukraina. Mengingat serangan militer Rusia ke Ukraina masih berlanjut hingga saat ini, Sabtu (26/2/2022). Terbaru, Presiden UkrainaVolodymyr Zelensky memberitahukan, pasukan Rusia akan berusaha merebut ibu kota Ukraina,Kiev.
Berkaitan hal tersebut, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) menyampaikan lima pernyataan sikapnya. Pertama, penghormatan terhadap tujuan dan prinsip piagam PBB dan hukum internasional. "Poin kedua, ialah oleh karenanya, serangan militer di Ukraina tidak dapat diterima.”
“Serangan juga sangat membahayakan keselamatan rakyat dan mengancam perdamaian serta stabilitas kawasan dan dunia.” Ketiga, Indonesia meminta agar situasi ini dapat segera dihentikan dan semua pihakagar menghentikan permusuhan serta mengutamakan penyelesaian secara damai melalui diplomasi. Keempat, Indonesia mendesak PBB untuk segera mengambil langkah tegas.
“Indonesia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah nyata guna mencegah memburuknya situasi,” bunyi poin keempat. Kelima, Pemerintah, melalui Kementerian Luar Negeri,telah mempersiapkan rencana evakuasi WNI. Keselamatan WNI selalu menjadi prioritas pemerintah.
Diketahui, serangan militer Rusia dan Ukraina terjadi pada Kamis (24/2/2022) malam waktu setempat. Pasukan militer Rusia dikabarkan telah menguasai fasilitas Pembangkit Nuklir Chernobyl di Ukraina, sebagaimana yang diberitakan oleh . "PasukanRusiamengambil alih situs tersebut setelah pertempuran sengit pada hari Kamis dengan penjaga nasionalUkrainayang melindungi lokasi itu," kata penasihat presidenUkrainaMykhailo Podolyak.
"Mustahil untuk mengatakan pembangkit listrik tenaga nuklirChernobylaman setelah serangan olehRusia," katanya. Ia mengatakan, dikuasainya Chernobyl merupakan salah satu ancaman paling serius di Eropa saat ini. "Rusia ingin mengendalikan reaktor nuklirChernobyluntuk memberi sinyal kepada NATO agar tidak ikut campur secara militer," katanya.
Berikut ini pengaruh perang Rusia dan Ukraina bagi Indonesia: Invasi militer Rusia ke Ukraina yang masih terjadi akan berdampak bagi Indonesia, termasuk sektor perdagangan. Saat ini, harga minyak mentah dunia melonjak.
Harga minyak mentah Brent naik 2,24 dolar AS atau 2,3 persen menjadi 99,08 dolar AS per barel setelah menyentuh level tertinggi 105,79 dolar AS. Hal tersebut, dikhawatirkan juga akan mempengaruhi harga minyak mentah Indonesia. Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi mengatakan, Indonesia Crude Price (ICP) atau harga minyak mentah Indonesia terancam melonjak.
Ia mencatat ICP sudah naik empat kali lipat sejak awal pandemi hingga mencapai 85,9 dolar AS per barel per Januari 2022. Menurutnya, harga tersebut telah melewati asumsi ICP dalam APBN 2022 yang hanya sebesar 63 dolar AS per barel. Konflik Rusia dengan Ukraina berpotensi membuat ICP akan kembali naik.
"Kondisi ini semakin membuat tren harga minyak yang sudah meningkat akan semakin meningkat," jelas Agung kepada , Jumat (25/2/2022). Ia menjelaskan, kenaikan harga minyak menjadi perhatian pemerintah. Terlebih, sebagian minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) Indonesia masih dilakukan secara impor.
"Kami terus monitor dan perlu menjadi perhatian semua pihak," jelas Agung. Sektor pertama yang akan terimbas dari perang Rusia dan Ukraina adalah bidang perekonomian. "Kalau dari sisi ekonomi, dampak yang akan dirasakan Indonesia adalah meningkatnya beban APBN terkait subsidi BBM, karena harga minyak dunia meningkat tajam. Indonesia yang merupakan importir minyak bumi tentu akan terdampak," kata Ferdi saat dihubungi , Jumat (25/2/2022).
Kenaikan harga minyak juga tentu akan menimbulkan efek domino pada produk produk yang lain. "Namun selain itu, kesempatan ekonomi mungkin juga akan muncul, walaupun saya pikir tidak signifikan,” “Misalnya terkait harga emas yang juga ikut naik belakangan, Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor emas tentu akan diuntungkan," jelas Ferdi.
Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Asset Management Indonesia (MAMI), Katarina Setiawan mengatakan pasar langsung menunjukkan reaksi negatif. Hal tersebut, terjadi saat kondisi Rusia Ukraina memanas setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menginstruksikan operasi militer di Ukraina. Selain indeks pasar keuangan di berbagai negara terkoreksi, harga minyak dan emas mengalami kenaikan.
Dikarenakan, Rusia merupakan salah satu pengekspor energi, produk pertanian, dan logam terbesar di dunia. Menurut Karatina Setiawan, peningkatan ketegangan diprediksi akan memicu kenaikan harga energi dan berbagai komoditas, serta nilai tukar dolar AS yang tentunya akan berdampak pada peningkatan inflasi. Katarina menambahkan, berkaca dari pengalaman sebelumnya, dampak perang terhadap perekonomian akan berbeda beda.
Terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi besar kecilnya dampak perang terhadap pasar. Seperti negara yang terlibat dalam peperangan, skala dan periode perang, serta kondisi perekonomian negara negara yang terlibat dan kawasan konflik. Mengingat ketegangan antara Rusia dengan Ukraina lebih terbatas dari segi wilayah, dampaknya pun diprediksi akan relatif terbatas.
Biasanya, dampak terhadap pasar finansial akan lebih singkat dibandingkan dampak terhadap perekonomian. Simak berita lainnya terkait